Wednesday, August 22, 2012

Pertempuran Surabaya, 10 November 1945

Pertempuran Surabaya terjadi pada tanggal 10 November 1945. Mengapa pertempuran ini dianggap penting dan merupakan peristiwa besar? Karena memang inilah pertempuran terbesar yang terjadi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan pertempuran ini menjadi semacam bukti militansi rakyat Indonesia dalam mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan yang baru 3 bulan sebelum nya diproklamirkan.

pertempuran di Surabaya 1945
Pertempur`n Surabaya
Pertempuran Surabaya atau lebih dikenal dengan pertempuran 10 November 1945 dilatarbelakangi dengan adanya perbedaan persepsi tentang kepemilikan senjata. Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat Indonesia yang baru saja mendapatkan senjata rampasan dari tentara Jepang yang menyerah diperintahkan oleh Inggris (yang waktu itu dalam misi untuk melucuti tentara Jepang yang kalah perang dan mengatur pemulangan tentara Jepang ke Jepang) untuk menyerahkan senjata. Perintah itu dipandang oleh Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat Indonesia sebagai intervensi terhadap kedaulatan kemerdekaan karena berarti Indonesia tidak diperkenankan untuk melindungi diri sendiri. Apalagi ada gelagat Belanda ingin menggunakan perintah penyerahan senjata itu sebagai cara melemahkan pertahanan Indonesia demi keinginannya untuk kembali menjajah Indonesia (waktu itu Belanda membonceng Inggris untuk masuk kembali ke Indonesia dalam misi bernama NICA = Netherlands Indies Civil Administration)

Sejak perintah penyerahan senjata itu muncul kondisi di Surabaya sudah mulai kurang kondusif. Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat yang semula mendukung dan membantu tentara Inggris dalam melucuti tentara Jepang, mulai mengambil jarak dan mulai melakukan perlawanan terhadap Inggris demi mempertahankan senjata dan kedaulatan nya untuk mempertahankan diri. Serangan terhadap tentara Inggris dan Belanda mulai terjadi sampai saat itu Bung Karno dan Bung Hatta terpaksa diterbangkan ke Surabaya oleh Inggris demi menenangkan keadaan. Gencata senjata sementara sempat terjadi, sampai suatu peristiwa memicu pertempuran besar terjadi, yaitu meninggalnya Jenderal Mallaby ditangan para gerilyawan Indonesia.

Mobil Jenderal Mallaby yang terbakar
Mobil Jenderal Mallaby yang terbakar
Sampai saat ini belum jelas betul kenapa Jenderal Mallaby akhirnya meninggal dalam peristiwa itu. Ada yang bilang ditembak oleh gerilyawan, ada yang bilang karena salah pengawalnya sendiri yang waktu itu panik melihat mobil Mallaby dikepung oleh gerilyawan dan akhir nya melemparkan granat yang menyebabkan bagian belakang mobil Mallaby terbakar. Namun peristiwa meninggalnya Jenderal Mallaby itu sungguh membuat tentara Inggris murka dan mengultimatum Tentara Keamanan Rakyat serta rakyat khusus nya di Surabaya, untuk menyerahkan senjata nya paling lambat 10 November 1945 atau akan diserbu oleh tentara Inggris.
 
Mendengar ultimatum tersebut Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat Surabaya bukannya takut, melainkan menjadi lebih gigih dan berkobar semangatnya. Terlebih lagi saat itu beberapa organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Masyumi sempat juga mengeluarkan pernyataan bahwa perang mempertahankan kedaulatan adalah bentuk jihad. Ditambah sosok Bung Tomo yang dengan pidato-pidatonya terus memompa semangat perjuangan.
Bung Tomo berorasi
Bung Tomo berorasi
Sejarah mencatat bahwa ultimatum penyerahan senjata itu tidak ditanggapi oleh Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat di Surabaya, sehingga 10 November 1945 terjadilah pertempuran besar di Surabaya. Dalam waktu 3 hari, tentara Inggris memang berhasil menguasai kota Surabaya, tetapi serangan-serangan dari Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat di Surabaya berlangsung selama sekitar 3 minggu. Tentara Inggris sangat kewalahan menghadapi pertempuran itu sampai harus mendatangkan bala bantuan dan memborbardir kota Surabaya dengan pesawat terbang dan kapal perang nya.
 
Walaupun akhirnya tentara Inggris berhasil menguasai kota Surabaya, namun pertempuran itu menjadi sebuah bukti bahwa Indonesia sudah menjadi suatu negara yang berdaulat dan rakyat Indonesia sepenuhnya mendukung kemerdekaan itu sampai rela berjuang mati-matian demi mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan itu. Pertempuran itu juga menjadi semacam pembangkit semangat seluruh rakyat Indonesia untuk tetap mempertahankan kemerdekaan yang diproklamirkan 17 Agustus 1945, sama seperti pertempuran Alamo di Texas yang membangkitkan semangat rakyat Amerika untuk mempertahankan diri terhadap serangan tentara Mexico. Pemerintah Indonesia akhirnya menetapkan tanggal 10 November 1945 sebagai Hari Pahlawan demi menghormati semangat juang arek-arek Suroboyo (sebutan untuk rakyat di Surabaya) yang berjuang mempertahankan kedaulatan sampai gugur dimedan perang.

Tuesday, August 21, 2012

Pertempuran Okehazama

Pertempuran Okehazama merupakan peristiwa besar dalam masa shogun di Jepang karena dalam pertempuran ini Nobunaga menunjukkan kecemerlangan taktik militer dan berhasil mengalahkan musuh yang jumlah pasukannya 10 kali lebih banyak.

Imagawa Yoshimoto membawa sekitar 35.000 pasukan menyerang Oda Nobunaga yang jumlah pasukannya sedikit. Pada awal nya pasukan Imagawa Yoshimoto berhasil mengalahkan pertahanan terdepan Nobunaga dan mereka terbuai oleh kemenangan itu. Oda Nobunaga yang menyadari bahwa jumlah pasukannya kalah banyak, sehingga tidak mungkin menghadapi serangan Imagawa Yoshimoto secara frontal.

Ilustrasi Pertempuran Okehazama
Ilustrasi Pertempuran Okehazama

Oda Nobunaga kemudian merancang sebuah taktik serangan mendadak dengan menempatkan sebagian kecil pasukannya di sebuat tempat dan dengan memasang bendera dan panji-panji pasukan yang sangat banyak. Pada masa itu banyak nya bendera dan panji-panji menunjukkan banyak nya pasukan dan pasukan Imagawa Yoshimoto mengira bahwa pasukan utama Oda Nobunaga berkemah di tempat itu. Secara diam-diam, Oda Nobunaga membawa pasukan untuk menyerang Imagawa Yoshimoto dari arah belakang.

Serangan tiba-tiba dari belakang itu ternyata tidak diantisipasi oleh pasukan Imagawa Yoshimoto sehingga dengan mudah pasukan Oda Nobunaga berhasil menembus pertahanan dan bergerak menuju kemah utama tempat Imagawa Yoshimoto. Yang terjadi kemudian adalah Imagawa Yoshimoto berhasil dibunuh dan sisa pasukannya tercerai-berai melarikan diri karena mengetahui sang pemimpin sudah tewas dibunuh musuh.

Konon Oda Nobunaga sempat mengucapkan pidato seperti ini didepan para pasukannya sebelum berangkat berperang melawan pasukan Imagawa Yoshimoto :
"Imagawa mempunyai 40.000 pasukan menyerbu tempat ini? Saya tidak percaya itu. Imagawa hanya punya 35.000 pasukan. Ya, jumlah nya masih sangat banyak. Jadi, Sado, kamu ingin saya menyerah? Bagaimana bila saya menyerah? Apakah kita akan puas mengakhiri hidup dengan cara seperti itu? Atau kita bertahan seperti usul Katsuie? Bagaimana bila kita tinggal bertahan dalam kastil ini dan mengunci nya sambil menunggu Imagawa kehilangan ambisi nya untuk menyerang kita dan pulang? Kita mungkin bisa memperpanjang hidup kita selama 5-10 hari ke depan, tetapi tetap kita tidak bisa bertahan. Kita sudah berada dalam jurang yang terdalam. Tetapi nasib kita bisa berubah, saya yakin kita bisa menang. Memang perjuangannya tidak akan mudah, tetapi saya beritahu kalian, ini adalah kesempatan sekali seumur hidup dan saya tidak bisa melewatkannya. Apakah kalian sungguh-sungguh ingin menghabiskan seumur hidup kalian hanya untuk berdoa berharap panjang umur? Kita dilahirkan untuk menuju ke kematian, kita semua termasuk saya, karena itu kenapa mesti takut akan kematian? Siapa yang bersama saya, ayo maju berperang besok. Siapa saja yang takut untuk maju, duduk lah disini sebaga penonton dan lihatlah saya memenangkan pertempuran itu."